Trending Post...

Friday, December 24, 2010

Tips Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah hal biasa yang sudah menjadi bagian dalam hidup keseharian kita. Tahukah anda sebenarnya menyikat gigi yang nyaman itu bagaimana? kok nyaman? bukannya baik dan benar?

Jawabannya sederhana, selama ini selalu ada anggapan bahwa menyikat gigi harus begini harus begitu, harus 10 menit dan harus-harus lainnya. Akibatnya banyak diantaranya menyimpang menjadi harus sekeras mungkin atau harus sampai berdarah, no way!

Sikat gigi yang benar haruslah NYAMAN! dan MERATA. Kedua hukum itu harus terpenuhi saat menyikat gigi, walaupun kita menyikat gigi dengan gerakan memutar atau dengan arah menjauhi gusi tapi dengan kekuatan yang luar biasa maka sudah menjadi tidak nyaman, santai saja dan nikmati waktu menyikat gigi anda dengan selalu mengingat dua hal yaitu Nyaman dan Merata.

Jadi masihkah kita menyikat gigi dengan brutal? silakan browsing di mbah gugel untuk mengetahui efek menyikat gigi yang terlalu keras maka anda akan sadar-kalau kata Sketsa- bahwa menyikat gigi "nggak gitu juga kaleeee"

Friday, December 10, 2010

Orthodontik Cekat: haramkah untuk General Dentist?

Fenomena behel semakin lama semakin menjadi tren di kalangan anak muda, bahkan di beberapa tempat menjadi sebuah standar "gaul" anak muda. Tidak jarang seseorang datang ke tempat praktek dokter gigi untuk pemasangan kawat gigi padahal susunan giginya sudah rapi dan dapat dipastikan hasil perawatan tidak signifikan. Fenomena ini menjadi sebuah lahan yang subur bagi rekan-rekan sejawat dokter gigi yang tidak mengambil spesialisasi ortodonsi untuk melakukan pemasangan kawat orto.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, adakah batasan kasus dimana terdapat peluang seorang dokter gigi umum dapat melakukan perawatan othodontik cekat? logikanya adalah, ilmu ortodontik sebagaimana ilmu-ilmu di kedokteran gigi lainnya selalu berkaitan dengan perkembangan teknologi, dimana terdapat semacam "bantuan" bagi user dalam hal ini dokter gigi umum untuk dapat menggunakannya juga dengan batasan kasus tertentu. Ibarat dalam ilmu bedah mulut, dengan level resiko tertentu akan ada sebuah tingkatan penanganan kasus yang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum. 

Memang benar bahwa setiap jenis perawatan akan selalu ada sebuah resiko, terlebih bahwa yang ditangani adalah manusia. jika memang demikian apakah tidak sebaiknya diberikan batasan yang jelas kasus mana yang dapat dirawat dengan pesawat othodontik cekat dan mana yang tidak, langkah selanjutnya adalah memberikan semacam panduan perawatan menggunakan alat orthodontik cekat yang benar atau memasukkan ke dalam kurikulum pendidikan dokter gigi. Hal ini akan memberikan keuntungan diantaranya, kemampuan sejawat dokter gigi umum akan meningkat, mengetahui dengan pasti level mana yang dapat dikerjakan sejawat dokter gigi umum dan resiko ke pasien dapat diminimalkan.

Wacana ini hendaknya diterima dengan hati yang jernih, penulis yakin akan banyak pro kontra karena masalah kewenangan adalah masalah yang melibatkan berbagai dimensi. semoga bermanfaat.

Sunday, December 5, 2010

Tips n' Trick : Tumpatan Kelas IV dengan Warna Komposit Tidak Lengkap

pernahkah anda jengkel dengan hasil restorasi tumpatan klas IV anda? atau pernahkah anda kena komplain pasien karena warna giginya berbeda terlalu mencolok? kalau pernah maka normal saja, apa yang perlu anda lakukan hanya melakukan tindakan yang solutif dan aplikatif.

solusi paling cepat tentu saja sediakan warna dengan lengkap selengkap-lengkapnya, dengan ini maka kemungkinan warna yang belang akan terminimalisir. Tapi apakah memang tidak ada jalan lain? ya kalau dekat dengan supplier, ya kalau budget ada, kalau keadaan serba tidak memungkinkan dan anda menginginkan dapat memberi pelayanan optimal, saya akan berbagi sedikit tips tentang masalah tersebut.

masalah utama kasus tumpatan klas IV pada umumnya adalah warna yang tidak sesuai dengan gigi yang sehat atau warna dentin yang terlalu terang. kalau tersedia opaquer maka tidak menjadi masalah, namun biasanya pada klinik yang biasa-biasa saja (seperti punya saya tentunya-red) maka biasanya hanya tersedia warna dentin yang universal. Bahan ini cukup bagus namun pada umumnya tampak terlalu opaque. Hasilnya apabila sudah diaplikasikan komposit universal kemudian biasanya warna dentin akan lebih menonjol, tampak cenderung lebih putih mengingat warna komposit universal lebih translusen. 

Nah mari sedikit saya sharing tentang apa yang biasanya saya lakukan pada kasus tersebut. ambil contoh misalnya pasien setelah dicocokkan dengan shade guide memiliki warna A 3,5 (harap jangan berpatokan hanya dengan shade guide, bisa digunakan komposit yang dikeraskan tanpa etsa-bonding kemudian disinar, lihat kecocokannya), baiklah kita kita sudah dapat A 3,5 kemudian lakukan prosedur pembuatan dinding palatinal, bisa dengan teknik selluloid strip maupun dengan mock up(bentuk dinding palatal sampai separo incisolabial dengan komposit yang sudah Expired kemudian disinar tanpa etsa-bonding, cetak dengan PVS tanpa bagian labialnya. kemudian buat dinding palatal dengan cetakan PVS tersebut). sesudah dinding palatinal lanjutkan dengan warna dentin, gunakan warna dentin universal kemudian bentuk efek mamelonnya. trik akan dimulai setelah tahap ini, kalau anda langsung menggunakan komposit universal warna A 3,5 maka yang terjadi warna dentin akan tampak lebih opaque. Solusinya gunakan warna 1 tingkat lebih muda dari warna gigi pasien untuk melapisi komposit dentin universal, jadai dalam kasus ini gunakan warna komposit universal A 3 untuk melapisi komposit dentin universal yang opaque tadi. baru kemudian gunakan warna gigi pasien A 3,5 untuk lapisan selanjutnya. langkah terakhir gunakan warna enamel dan bahan glossy. Lakukan finishing dan polishing dan anda akan mendapati restorasi yang berbeda dibandingkan apa yang sudah biasa dilakukan. 

Hasil yang didapat memang tidak sesempurna apabila terdapat kelengkapan warna namun dari beberapa kasus yang pernah saya lakukan pada umumnya pasien puas. Selamat mencoba tips ini namun saya harus mengakui bahwa solusi yang paling ideal adalah menggunakan warna dentin yang sesuai. Salam

Dental Nurse "bukan sekedar pelengkap penderita"


Perawat gigi atau di Indonesia lebih dikenal sebagai asisten dokter gigi adalah profesi yang tidak terpisahkan dari suatu produk layanan medik gigi. Alasan mengapa istilah asisten dokter gigi lebih dikenal daripada istilah perawat gigi sebenarnya tidak lepas dari kebijakan yang berlaku di Indonesia mengenai perawat gigi (dental nurse), diantara beberapa model perawat gigi yang ada, Indonesia menganut model dental assistant atau asisten dokter gigi. Model lain dari perawat gigi adalah dental hygienist
Kemampuan inti seorang perawat gigi diantaranya adalah manajemen termasuk di dalamnya adalah komunikasi, pengawasan penularan infeksi, pemeliharaan dan penggunaan peralatan, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut, perlindungan khusus, tindakan asuhan keperawatan di klinik dan beberapa yang lain dimana salah satunya berkaitan dengan peran perawat gigi sebagai asisten dokter gigi. Seorang perawat gigi profesional dituntut kompeten mulai dari hal manajemen klinik sampai ke situasi dimana seorang dokter gigi terpaksa melakukan pelimpahan tugas apabila memang diperlukan. 
Eksistensi dalam perannya sebagai bagian dari tim memunculkan rasa percaya diri dan semakin berkembang dengan baik apabila dokter gigi juga memberikan kesan bahwa perawat gigi yang ada bersamanya di ruang praktek tersebut berfungsi sebagai partner kerjanya dan bukan sekedar “pelengkap” di ruang praktek. Disadari atau tidak kecermelangan seorang dokter tidak lepas dari peran perawat gigi, jadi tidak rugi apabila seorang dokter gigi memberikan apresiasi kepada partnernya tersebut sebagai bagian dari wujud terimakasih bahwa dirinya sudah terbantu dalam menjalankan praktek. 
jadi masihkah anda hanya sebagai pelengkap? i don't think so. pengalaman praktek saya membuktikan bahwa tetap lebih nyaman dengan adanya partner saat kita bekerja, sekali lagi partner bukan pembantu. salam hormat saya untuk rekan perawat gigi di seluruh Indonesia.
nb: ringkasan dari majalah dental&dental edisi september-oktober


Thursday, September 23, 2010

Direct Labial Composite Veneer: solusi hemat estetika anda

Dewasa ini dimana kebutuhan semakin meningkat termasuk diantaranya memenuhi kebutuhan akan kecantikan dan penampilan, gigi adalah salah satu faktor penentu "kecermelangan" wajah anda sehingga akhir-akhir ini perawatan gigi mulai bergeser tidak hanya sekedar menyembuhkan tapi lebih pada meningkatkan penampilan. 

Untuk anda yang memiliki masalah penampilan gigi terutama gigi-gigi depan seperti warna yang berubah kehitaman/kecoklatan, susunan yang sedikit kurang rapi atau rusak karena berbagai faktor seperti kecelakaan, kebiasaan makan/minum yang mengandung asam mungkin ingin gigi anda kembali seperti semula. Masalahnya adalah biasanya anda akan ditawarkan untuk dibuatkan mahkota jaket poselen, memang harus diakui bahwa perawatan tersebut ideal tapi idealkah dengan kondisi keuangan anda? kemudian anda mundur dan tidak jadi melakukan perawatan, pertanyaannya sudahkah anda bertanya solusi lainnya?

Perkembangan bahan-bahan tambalan terbaru sudah memungkinkan untuk dilakukan covering pada gigi yang bermasalah seperti tersebut di atas. dengan biaya yang lebih hemat anda akan memiliki penampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi jangan ragu untuk bertanya kepada dokter gigi anda apakah ada solusi lainnya untuk barbagai permasalahan anda, untuk kasus ini Direct Labial Composite Veneer layak menjadi pertimbangan anda, salam...

Tuesday, September 21, 2010

Mencegah Anak makan manis tidak harus dengan Melarang

Apa yang terlintas di benak kita saat melihat makanan yang serba manis? Siapapun kita, masih sehat maupun yang jelas-jelas sudah dilarang makan atau minum manis pasti ngiler. Kue-kue manis, kembang gula, minuman-minuman racikan yang sangat menggoda ketika tersaji di depan kita.

Tahukah anda bahwa memang sejak kita masih kecil memang sudah sedemikian terbiasa dengan yang manis-manis, secara alami bayi akan suka dengan makanan dan minuman yang manis dan tanpa sadar hal tersebut seakan menjadi “senjata” bagi orang tua agar anak tidak rewel. Mari kita ambil contoh, kalo anak menangis, maka ibu akan mengambil botol susu yang ditambah dengan gula (padahal susu yang beredar di pasaran rata-rata sudah ditambah dengan gula) parahnya lagi ada yang memang mengisi botol tersebut dengan air gula. Kemudian kalo bayi tidak mau tidur atau susah tidur maka kembali senjata ampuh dikeluarkan.
Dua contoh sederhana ini akan berdampak luar biasa, gula dari gula pasir yang biasanya ditambahkan akan memiliki akibat yang kurang baik bila berlebihan diberikan bahkan ketika usia dini yang dikatakan sedang masa pertumbuhan, memang benar masa pertumbuhan tapi yang dibutuhkan lebih pada nutrisi yang seimbang dan rasional. Dampak yang paling cepat terlihat adalah yang mempengaruhi gigi geligi anak, gigi menjadi keropos dan rusak sebelum waktunya tanggal. Ironisnya kebanyakan orang tua beranggapan bahwa gigi anak yang keropos wajar-wajar saja kan masih anak-anak dan nanti juga ada gantinya. Dampak lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan nutrisi dan memudahkan timbulnya gas di lambung. Kalo sudah demikian masihkah orang tua akan menganggap gula amat sangat penting untuk selalu diberikan?
Bagaimana kalau memang dilarang memberikan gula pasir ke anak? Sekali lagi bahwa bukan dilarang, bagaimanapun juga gula adalah salah satu sumber energi yang dibutuhkan untuk aktivitas anak-anak namun perlu lebih bijaksana dalam memberikannya. Mungkin sedari awal dicoba untuk memberikan jenis makanan yang beraneka ragam mulai dari jenis dan rasa, dengan demikian maka anak akan memiliki pengalaman yang lebih banyak tentang rasa dan tidak akan tergantung pada rasa manis semata. Kebiasaan memberikan asupan dengan kandungan gula berlebih akan memicu masalah di kemudian hari seperti penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan tekanan darah tinggi. Anak-anak yang memang pada dasarnya memiliki kecenderungan yang besar terhadap makanan manis akan merasa terdukung dengan kebiasaan makan yang manis-manis.
Bagaimana kalau ternyata sudah melakukan usaha pembatasan tapi kendala muncul dari anak yang sangat obsesif terhadap makanan yang manis-manis? Jangan menyerah, mari kita coba selami pikiran anak tersebut, bisa jadi pembatasan yang kita lakukan ternyata malah semakin membuat anak semakin terobsesi. Anak-anak adalah pribadi yang unik, pada usia tersebut anak-anak mulai menunjukkan eksistensi dirinya, salah satunya dengan meninggikan egonya, hasilnya adalah semakin dilarang akan semakin keras usaha anak untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Sebagai orang tua yang cerdas tentu saja hal ini akan menjadi tantangan tersendiri, percayalah masih ada jalan yang harus dicoba dan dilakukan. Bagaimana kalau kita beri saja yang dia minta? apa ini sama dengan menyerah? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Ya karena kita menyerah dengan cara-cara otoriter, Tidak karena kita hanya sekedar mengubah taktik untuk sedikit berkomunikasi dengan pikiran si anak.
Pernahkah anda mendengar bahwa kata-kata negatif seperti “tidak” dan “jangan” akan diartikan berbeda oleh pikiran bawah sadar kita? Meskipun tujuannya positif tetap akan berdampak sebaliknya oleh bawah sadar seseorang. Juli Triharto, seorang pakar hipnoterapi mengatakan dalam bukunya Hypnolangsing, bahwa lebih baik menggunakan kata-kata yang tidak mengandung unsur negatif agar tidak mengubah tujuan awal yang semula bertujuan positif.
Kalau menggunakan kata-kata yang positif lalu bagaimana sebaiknya? Apakah bisa kita bilang ya makan saja tidak apa-apa lalu kita biarkan saja demikian? Tentu tidak, kita sebaiknya menggunakan prinsip tell-show-do, anak harus diajak bicara pelan-pelan (tell) tentang manfaat dan akibat yang ditimbulkan oleh makanan yang terlalu manis. Meskipun masih anak-anak mereka juga mampu untuk berpikir dan mengolah suatu ide. Katakan pada anak anda silakan makan, tidak apa-apa makan cokelat, permen asal sikat giginya yang rajin, hobi kumur-kumur setelah makan terutama makan yang manis-manis dan kenalkan mereka tentang makanan-makanan lainnya yang anda berikan. Semakin mereka paham apa yang anda berikan maka semakin mudah mereka menerimanya, semakin beragam jenis makanan yang mereka makan maka semakin berkurang ketergantungan mereka terhadap makanan manis.
Langkah selanjutnya adalah contoh nyata dari orang tua (show), tidak akan mungkin si anak akan melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan kalau orang tua tidak melakukannya juga, hal ini berarti sebagai orang tua juga berubah secara nyata di depan anak-anak. Yang terakhir adalah lakukan (do) dengan konsisten dan kurangi efek paksaan dan kata-kata berunsur negatif.
Langkah sederhana yang efektif, hubungan orang tua juga akan semakin dekat, orang tua tidak akan menjadi seseorang yang ditakuti bahkan akan lebih menjadi “teman” mereka, silakan mencoba semoga berhasil.







Saturday, August 21, 2010

"Halo adek kecil, ga dilarang kok makan cokelat"


Apa yang akan anda lakukan bila anak anda yang masih balita merengek minta dibelikan cokelat atau makanan manis lainnya? langsung memberikan, melarang atau memberikan dengan memberikan pengertian?

Kalau langkah yang anda ambil adalah opsi yang ketiga maka benarlah langkah anda itu, sekarang ini dengan arus informasi yang sedemikian hebat maka para orang tua sadar betul tentang pencegahan gigi berlubang. Kalau langkah sudah benar kenapa masih ditulis? pasti anda bertanya-tanya kenapa penulis menulis sesuatu yang ga penting kaya gini?

Baiklah akan saya jelaskan maksudnya, memberi dengan memberi pengertian merupakan langkah tepat yang bijaksana, sebab dengan adanya pengertian maka si anak akan mengerti mengapa dia harus seperti itu. Berbeda kalau hanya dilarang maka si anak akan semakin berusaha untuk break the rule. Pertanyaannya adalah bagaimana memberi pengertian yang efektif? ada tips yang akan saya ungkapkan di sini yaitu, mulailah perlakukan si anak sebagai sebuah pribadi yang memiliki kedaulatan, simpelnya hargailah dirinya, perlakukan dia sebagaimana anda ingin diperlakukan, beri pemahaman dengan perlahan, susah? memang, gagal! yaa... coba lagi :)

Yang kedua usahakan hindari kata-kata yang negatif, misal, "boleh makan cokelat tapi kalo gak gosok gigi awas lho dek!" atau "ini makan aja tapi "JANGAN" lupa gosok gigi", gimana menurut anda? menurut penelitian otak kita akan menginterpretasikan yang sebaliknya dari sebuah larangan walaupun larangan yang baik.

Coba diganti dengan kalimat "Boleh kok sayang dimakan aja tapi abis makan ntar sikat gigi bareng sama papa/mama yaa", dengan maksud yang sama maka anak akan merasa dihargai apalagi dibumbui dengan ajakan menyikat gigi bersama yang menyenangkan baginya.

baiklah silakan dicoba, cobalah lebih kreatif dalam mengolah kata-kata, jadi tetap ingat yang pertama hargailah anak anda, jadikan dia teman terdekat anda yang kedua hindari memberi perintah dengan kata-kata negarif, Salam.....

Wednesday, June 9, 2010

Kegagalan 3mix pada kasus pulpitis ireversibel kronis: case report


Case: wanita 29 tahun datang dengan keluhan bengkak pada regio kiri bawah, sakit berdenyut. 3 hari yang lalu datang ke dokter gigi lain untuk memeriksakan giginya yang terasa sakit buat makan dan terasa berdenyut. Gigi tersebut sudah pernah ditambal oleh mahasiswa kedokteran gigi +/- 3 tahun yang lalu. oleh dokter gigi dilakukan pembukaan kamar pulpa, diberikan dressing 3 mix dan ditumpat sementara. 2 hari kemudian gigi tersebut terasa lebih sakit dan muncul bengkak, pasien minum obat antibiotik dan antiinflamasi tapi sakit hanya berkurang sedikit, pasien memutuskan untuk mencari second opinion.
Pada pemeriksaan obyektif ditemukan gigi 35 yang ditumpat dengan tumpatan sementara, perkusi (+, sakit), CE (-). Palpasi terdapat pembengkakan konsistensi keras fluktuasi (-) yang meluas dari gigi 34 sampai sisi distal 35. Terdapat kegoyahan derajat 1. DD: nekrose pulpa akut, gangren pulpa akut. Kemudian dilakukan pembukaan tumpatan sementara. Asumsi penulis bahwa dokter gigi sebelumnya telah melakukan pengambilan jaringan pulpa kemudian diberikan dressing  3MIX-MP. Ternyata ketika mata bur masuk cukup dalam keluar darah segar cukup lumayan. Dilakukan penanganan bleeding. Penulis kemudian memperkirakan bahwa jaringan pulpa belum terambil dengan sempurna. Karena pada kondisi inflamasi, maka jaringan yang tersisa akan berproliferasi dengan cepat. Kemudian penulis memutuskan untuk mengambil sisa jaringan pulpa dengan barbed broach warna merah dan benar dugaan penulis bahwa masih ada sisa jaringan. Kemudian dilakukan preparasi biomekanis dengan MAF = 25, dilakukan dressing eugenol dan ditutup dengan kapas. Diberikan medikasi antibiotik gabungan golongan aerob dan anaerob, antiinflamasi dan analgesik. Observasi selama 3-5 hari untuk kunjungan kontrol.
Kesimpulan, pada kasus dimana sudah ditemukan tendensi pulpa yang terinfeksi (ada kontaminasi bakteri/toksin pada jaringan pulpa) sebaiknya jangan dilakukan aplikasi menggunakan 3MIX-MP tanpa dilakukan pengambilan jaringan yang terinfeksi.  3MIX-MP mungkin dapat digunakan sebatas untuk dressing. Menurut penulis, perawatan saluran akar (PSA) masih merupakan pilihan tindakan yang rasional untuk kasus pulpitis irreversibel kronis.

Friday, June 4, 2010

Periodontal Abses vs alveolar abses: case report


Salam sahabat denta....
beberapa hari yang lalu saya mendapat pasien anak perempuan usia 12 tahun dengan keluhan bengkak gusi di gigi 85 sejak 5 hari yang lalu dan rasa sakit pada daerah rahang bawah sebelah kanan. Pemeriksaan obyektif tampak pembesaran gingiva di antara gigi 44 yang baru mulai tumbuh dan 85 dengan fluktuasi positif. Gigi 85 berlubang besar di sebelah mesioproksimooklusal. Pasien mengatakan bengkaknya pecah sebelum pergi ke klinik. kondisi sistemik, KU baik, subfebris LN submandibular teraba.
Pemeriksaan selanjutnya diperoleh perkusi (+,sakit), sondasi (-), CE (-). DD 1: Gumboil, DD 2: periodontal abses. Belum ditegakkan diagnosis final karena terdapat keraguan yaitu tanda utama alveolar abses yaitu gigi yang non vital meskipun sondasi maupun CE (-), penulis berpendapat bahwa ada kemungkinan rasa ngilu tersamar rasa sakit akibat radang. dilakukan debridement pada daerah radang, pembesihan gigi yang karies dan irigasi dengan cairan antiseptik hexadol kemudian dilakukan dressing dengan kapas iod kemudian kavitas ditutup dengan kapas. medikasi diberikan antibiotik gabungan untuk bakteri aerob dan anaerob dengan dosis disesuaikan untuk anak-anak, ibuprofen sirup dan paracetamol sirup. Observasi dilakukan 5 hari kemudian, tampak abses mulai sembuh dengan baik, dilakukan tes vitalitas, sondasi dan CE (+, ngilu), perkusi (-), dengan fakta pada waktu kontrol ditegakkan diagnosis periodontal abses yang disebabkan oleh terjebaknya makanan (food trapped) dengan akses masuk pada kavitas proksimal gigi 85. Kemudian dilakukan debridement lagi, aplikasi cavity cleanser, kalsium hidroksid light cured dan GIC, pasien pulang dengan senyum.....:)

Saturday, May 29, 2010

Ekstrusi Pasta kalsium Hidroksid pada antar waktu perawatan Endodontik : case report


Pasta Kalsium hidroksid terkadang kita gunakan dalam antar waktu perawatan endodontik sebagai medikamen dressing, kalo ternyata keluar ke jaringan periapikal bagaimana ya????

File Patah??? ada solusinya.....


Perawatan endodontik kadang bisa berubah menjadi sebuah tragedi, misalnya saat K-file yang kita gunakan patah di dalam saluran akar.

Ada artikel yang bagus saya ambil dari sebuah blog endo (www.theendoblog.com), semoga bisa menambah wawasan kita...

Wednesday, May 26, 2010

Kesehatan gigi dan mulut bagi ibu hamil

Dok, kenapa jika saya sedang hamil, gigi dan gusi seringkali terasa sakit. Gusi mudah berdarah di beberapa tempat dan bentuknya berbenjol-benjol?

Demikian keluhan ibu hamil ketika mengunjungi dokter gigi. Kehadiran anak bagi setiap keluarga adalah sesuatu yang sangat istimewa dan dinanti-nantikan kehadirannya. Kehamilan adalah masa-masa yang penuh perhatian, baik untuk ibu hamil juga si jabang bayi.

Pada saat ini ibu hamil betul-betul harus menjaga kondisi kesehatan dengan baik, mengonsumsi berbagai jenis makanan dan vitamin demi kesehatan ibu dan bayinya. Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada tubuh wanita, baik fisik maupun psikis.

Keadaan ini disebabkan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Saat kehamilan disertai berbagai keluhan lain seperti ngidam, mual, muntah termasuk keluhan sakit gigi dan mulut. Kondisi gigi dan mulut ibu hamil seringkali ditandai dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena jaringan gusi merespons secara berlebihan terhadap iritasi lokal.

Bentuk iritasi lokal ini berupa karang gigi, gigi berlubang, susunan gigi tidak rata atau adanya sisa akar gigi yang tidak dicabut. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan ibu pada saat tidak hamil.

Pembesaran gusi ibu hamil biasa dimulai pada trisemester pertama sampai ketiga masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan aktivitas hormonal yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesteron pengaruhnya lebih besar terhadap proses inflamasi/peradangan. Pembesaran gusi akan mengalami penurunan pada kehamilan bulan ke-9 dan beberapa hari setelah melahirkan. Keadaannya akan kembali normal seperti sebelum hamil.

Pembesaran gusi ini dapat mengenai/menyerang pada semua tempat atau beberapa tempat (single/multiple) bentuk membulat, permukaan licin mengilat, berwarna merah menyala, konsistensi lunak, mudah berdarah bila kena sentuhan.

Pembesaran gusi ini di dunia kedokteran gigi disebut gingivitis gravidarum/pregnancy gravidarum/hyperplasia gravidarum sering muncul pada trisemester pertama kehamilan. Keadaan di atas tidaklah harus sama bagi setiap ibu hamil.

Faktor penyebab timbulnya gingivitis pada masa kehamilan dapat dibagi 2 bagian, yaitu penyebab primer dan sekunder.

1. Penyebab primer

Iritasi lokal seperti plak merupakan penyebab primer gingivitis masa kehamilan sama halnya seperti pada ibu yang tidak hamil, tetapi perubahan hormonal yang menyertai kehamilan dapat memperberat reaksi peradangan pada gusi oleh iritasi lokal.

Iritasi lokal tersebut adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambalan kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik.

Saat kehamilan terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan mual, muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena timbul perdarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi. Keadaan ini dengan sendirinya akan menambah penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan.

2. Penyebab sekunder

Kehamilan merupakan keadan fisiologis yang menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal, terutama perubahan hormon estrogen dan progesteron. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron pada masa kehamilan mempunyai efek bervariasi pada jaringan, di antaranya pelebaran pembuluh darah yang mengakibatkan bertambahnya aliran darah sehingga gusi menjadi lebih merah, bengkak dan mudah mengalami perdarahan.

Akan tetapi, jika kebersihan mulut terpelihara dengan baik selama kehamilan, perubahan mencolok pada jaringan gusi jarang terjadi. Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak berbeda jauh dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil, di antaranya;

a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua.

b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat membulat.

c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan lentur.

d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan meningkatkan risiko perdarahan gusi.

e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Proses peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada struktur tersebut.

Tindakan penanggulangan/perawatan radang gusi pada ibu hamil dibagi dalam 4 tahap, yaitu:

1. Tahap jaringan lunak, iritasi lokal merupakan penyebab timbulnya gingivitis. Oleh karena itu, tujuan dari penanggulangan gingivitis selama kehamilan adalah menghilangkan semua jenis iritasi lokal yang ada seperti plak, kalkulus, sisa makanan, perbaikan tambalan, dan perbaikan gigi tiruan yang kurng baik.

2. Tahap fungsional, tahap ini melakukan perbaikan fungsi gigi dan mulut seperti pembuatan tambalan pada gigi yang berlubang, pembuatan gigi tiruan, dll.

3. Tahap sistemik, tahap ini sangat diperhatikan sekali kesehatan ibu hamil secara menyeluruh, melakukan perawatan dan pencegahan gingivitis selama kehamilan. Keadaan ini penting diketahui karena sangat menentukan perawatan yang akan dilakukan.

4. Tahap pemeliharaan, tahap ini dilakukan untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal setelah perawatan. Tindakan yang dilakukan adalah pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan pemeriksaan secara periodik kesehatan jaringan periodontal.

Sebagai tindakan pencegahan agar gingivitis selama masa kehamilan tidak terjadi, setiap ibu hamil harus memperhatikan kebersihan mulut di rumah atau pemeriksaan secara berkala oleh dokter gigi sehingga semua iritasi lokal selama kehamilan dapat terdeteksi lebih dini dan dapat dihilangkan secepat mungkin. (drg. R. Ginandjar Aslama Maulid)

Penulis adalah dokter gigi di RS Al Islam Bandung.

Sumber : pikiran-rakyat.com

Sunday, February 21, 2010

Dokter/dokter gigi Keluarga ??? bisa-bisa aja...!


Mungkin sahabat semua pernah membaca artikel tentang dokter gigi keluarga di blog ini sebelumnya yang mengesankan program ini bagaikan sesuatu yang mustahil dilakukan di negara kita. Memang dalam konsep yang ideal akan sangat sulit dilakukan, apa sih konsep idealnya? yaitu paradigma sehat mulai dari penanggungjawab program dalam hal ini pemerintah, pelaksana program yaitu tenaga medis dan yang terakhir dan yang paling penting yaitu masyarakat sebagai user.
Mengapa paradigma itu menjadi sulit? atau dibuat sulit tepatnya? tidak lain karena belum adanya komitmen dari penanggungjawab untuk tidak berpolapikir instan, mengapa saya sebut instan? ya karena pemerintah dalam hal ini selalu mengesampingkan salah satu pilar utama pelayanan kesehatan yaitu preventif, selama ini tindakan preventif cenderung mengarah ke interseptif bahkan kuratif, padahal mereka tahu bahwa tanpa kesadaran preventif di masyarakat maka memang akan mustahil untuk meniadakan tindakan kuratif sedangkan tindakan kuratif itu berapapun biaya "penjaminan kesehatan" dari pemerintah saya jamin tidak akan cukup dan tidak akan merata.
Lalu mengapa bisa terjadi demikian? jawabannya mungkin akan sedikit berpolitik, tapi akan saya coba untuk menjawab. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di negara tercinta Indonesia ini suatu kementrian begitu berganti menteri maka akan berganti pula kebijakannya termasuk di sini kementrian kesehatan. Sehingga program seperti dokter keluarga yang notabene tidak bisa instan dan cenderung rumit ini menjadi tidak populer bagi sang menteri. bayangkan dalam waktu 5 tahun kementrian harus mampu membuat progress yang terlihat sehingga menjadi sebuah prestasi, maka sebagai manusia yang yang memiliki akal dan logika, maka sang menteri akan mengarahkan pada kebijakan instan tadi seperti misalnya program jaminan kesehatan (jamkesmas, jamkesda, jamkessos, dll.)

Memang tidak ada yang meragukan bahwa program dokter keluarga itu sulit tapi kapan mau maju kalo tidak ada rintisannya, tentunya para dokter akan ingat bagaimana dulu saat latihan menyuntik pertama kali, latihan incisi (mengiris dengan pisau bedah-red) pertama kali tentu sulit bukan? yang dibutuhkan adalah suatu komitmen yang kuat dari pemerintah dalam hal ini depkes.

Tahun 2007 di Kota Bontang dicanangkan pilot project pelayanan dokter/dokter gigi keluarga, bisa dibaca artikelnya di SINI, dalam artikel tersebut arahnya sudah tampak menuju ke arah yang benar yaitu bahwa yang namanya dokter keluarga itu harus berparadigma sehat, apa artinya? seorang dokter keluarga bukanlah seorang "penjaga gawang" yang menunggu orang sakit yang datang ke tempat praktek ,melainkan seorang stiker yang menjemput bola. "bola" tersebut kemudian diolah dengan keilmuannya menjadikan masyarakat di wilayah kerjanya menjadi sehat dan apabila memang diperlukan barulah sebuah tindakan kuratif diberikan.
Semoga tetap berlanjut dan menular ke daerah-daerah yang lain. (Dimas)