Trending Post...

Friday, November 21, 2008

prosedur anestesi untuk Exo premolar satu mandibula


posting kali ini masih seputar bedah ya....(lagi mo nostalgia plus berbagi pengalaman hehe....). ok kali ini masih seputar anestesi di rahang kita yang bergerak alias rahang bawah. posting sebelumnya kita udah membahas tentang blok nervus alveolaris inferior untuk gigi-gigi posterior rahang bawah, kali ini masih gigi posterior tapi agak depan alias premolar satu yang biasanya sering dicabut untuk keperluan perawatan orto. secara anatomis, gigi ini juga diinervasi oleh n. alv. inferior tapi perlu diingat juga bahwa nervus ini ketika berjalan melalui kanalis mandibularis akan keluar dari foramen mentale menjadi nervus mentale yang berada di antara apeks gigi Premolar satu dan dua.
melihat dari struktur anatomisnya maka untuk mencabut gigi tersebut tentunya tidak perlu dilakukan anestesi blok mandibula, akan lebih bijak kalo dilakukan blok nervus mentalis, kalau injeksinya tepat sasaran maka injeksi blok tersebut sudah adekuat untuk dapat dilakukan pencabutan. Bahkan dalam beberapa kasus injeksi anestesi infiltrasi bukal lingual juga sudah cukup untuk dilakukan ekstraksi.
Well, dari keterangan dari posting ini tentunya kita akan lebih bijak untuk melakukan suatu tindakan apalagi ada hubungan sama cuntik-cuntikan....,jangan cuma katanya si Anu ato menurut si Una dan masih banyak katanya katanya yang lain tapi dilihat dari segi anatomisnya juga....semoga bermanfaat...

Thursday, November 20, 2008

Injeksi penunjang anestesi blok nervus alveolaris inferior




salam sejahtera sahabat semua, buat yang lagi koas terutama di bagian bedah mulut tentu sudah tidak asing dengan anestesi blok mandibula. Yah, sekedar sharing pengalaman aja, waktu aku stase di Bagian bedah mulut, seringkali injeksi penunjang yang dilakukan setelah dilakukan injeksi blok adalah anestesi infiltrasi pada daerah mukosa bukal. Padahal seperti kita ketahui, tulang daerah bukal posterior lebih kompak. Menurut saya akan lebih baik kalo kita melakukan injeksi blok nervus bukal/long buccalis nerve yang berjalan di anterolateral ramus mandibula, sehingga diharapkan suplai rami yang berjalan di sebelah bukal gigi posterior (M1, M2, M3) juga teranestesi. sebenarnya tidak salah jika kita melakukan anestesi infiltrasi bukal tapi kalo melihat sebaran raminya mungkin lebih baik kalo kita melakukan blok pada nervus long buccalis.

Friday, November 14, 2008

The Miracle Of Mind...


Pernahkah anda menyaksikan betapa ajaibnya kekuatan pikiran yang kita miliki, mungkin anda sering menyaksikan di layar televisi sebuah acara yang memungkinkan seseorang mengendalikan benda-benda di sekitarnya sesuai dengan yang diinginkannya. Ya, itu semua adalah bukti bahwa sebenarnya diri kita yang “seharusnya” mengendalikan pikiran dan bukan sebaliknya. Sadarkah kita bahwa seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita terbelenggu oleh pikiran kita sendiri? Pikiran yang tanpa disadari telah mempengaruhi ritme tubuh kita secara keseluruhan, mempengaruhi aktivitas pekerjaan kita atau bahkan menjerumuskan kita ke dalam suatu lingkaran keputusasaan yang sulit sekali dicari jalan keluarnya.

Lalu mengapa kita sulit untuk hanya sekedar “keluar” dari belenggu pikiran? Jawabannya sangat mudah sekaligus sulit, sulit karena tanpa kita sadari seringkali kita seolah “setuju” dengan pikiran kita sendiri dan sebenarnya juga mudah asalkan kita mau menjadi “bos” atas pikiran kita. Mari kita ambil contoh, adalah seorang pemuda bernama Martin Brofman yang dikisahkan oleh John Kehoe dalam bukunya Mind Power, pemuda bernama Martin ini divonis dokter hidupnya tinggal tersisa 2 bulan sampai 1 tahun paling lama akibat menderita kanker sumsum tulang belakang stadium lanjut. Diceritakan bahwa dia sangat putus asa dan hampir menyerah sampai suatu saat dia ber”keputusan” bahwa dia harus menolong dirinya sendiri. Setiap hari selama 15 menit dia bermeditasi dan membayangkan penyakitnya sedikit demi sedikit diambil keluar dari dalam tubuhnya, begitu seterusnya sampai suatu saat yang sangat menggembirakan ketika dokter menyatakan bahwa dirinya sudah sembuh total.

Apakah itu sebuah mujizat? Menurut saya mujizat adalah sesuatu hal luar biasa yang terjadi tanpa diketahui bagaimana hal itu bisa terjadi. Maka menurut hemat saya hal-hal di atas tadi adalah sebuah karunia kemampuan yang sebenarnya ada dalam diri kita masing-masing. Kemampuan yang jarang dikembangkan sehingga seringkali malah “rusak” sebelum digunakan, dalam arti bahwa kita sering meracuni pikiran kita sendiri dengan anggapan-anggapan negatif, sehingga logikanya bagaimana kita mampu menyembuhkan tubuh kita kalo pikiran kita juga ikut sakit. Tidak bisa dipungkiri bahwa diri kita terdiri dari tubuh secara fisik dan juga jiwa, keduanya bersinergi sehingga hasilnya adalah diri kita yang sehat dan bahagia, jika salah satunya sakit maka akan mempengaruhi yang lain.

Nah, silakan memeriksa diri anda sendiri apakah kedua unsur yang anda miliki sehat semuanya?jika anda merasa sehat secara fisik tapi kurang bahagia maka cobalah untuk “mengunjungi” Jiwa anda siapa tahu dia butuh anda, suatu saat ketika sudah tidak ada orang lain yang mampu menolong anda, maka jiwa andalah yang akan segera menghampiri anda dan menyelamatkan anda.

Injeksi anestesi tanpa sakit? Mau???


Rasa sakit atau nyeri yang dirasakan saat dilakukan injeksi diantaranya disebabkan oleh insersi jarum pada kulit yang kemudian merangsang saraf ujung bebas atau yang dikenal sebagai free end nerves. Pada artikel sebelumnya kita sudah mengenal WAND system, yang bekerja pada prinsip Slow Delivery System, dimana laju aliran deponir cairan anestetikum dikontrol oleh suatu mekanisme terkomputerisasi yang memungkinkan aliran yang sangat lambat sehingga meminimalkan trauma pada jaringan dimana cairan anestetikum dideponirkan. Seiring dengan usaha meminimalkan rasa sakit yang terjadi pada saat dilakukan injeksi, maka diciptakan sebuah alat yang dilatarbelakangi oleh suatu teori bernama Gate Control Theory yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall pada tahun 1965.

Kemampuan otak untuk menerima hanya satu sensasi pada waktu yang bersamaan, memberikan suatu ide untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sensasi nyeri yang terjadi, dengan cara memberikan impuls lain selain impuls nyeri pada waktu yang bersamaan dengan datangnya impuls nyeri tersebut. Singkatnya adalah alat tersebut mampu memberikan suatu sensasi yang menutup atau mendominasi sensasi yang sampai pada reseptor di otak, sehingga otak hanya akan menerima sensasi selain sensasi nyeri tersebut.

Alat yang dimaksud adalah Vibraject, bekerja dengan menghasilkan getaran sebanyak 10.000 kali per menit. Getaran inilah yang nantinya akan menutup sensasi nyeri yang dihasilkan ketika jarum diinsersikan. Alat ini terdiri dari clip bracket yang dapat disterilkan dan sebuah motor cartridge. Motor Cartridge inilah yang akan bekerja menghasilkan getaran, getaran inilah yang akan terlebih dahulu dirasakan oleh pasien sehingga akan menyamarkan rasa nyeri yang terjadi akibat trauma insersi jarum suntik. Sedangkan clip bracket berfungsi sebagai mounting pada saat dipasangkan pada syringe. Alat ini dapat dipasangkan pada syringe konvensional maupun syringe intraligament.

Meskipun perangkat ini terlihat sangat menjanjikan tapi beberapa klinisi masih sedikit enggan untuk menggunakannya dengan berbagai alasan, diantaranya adalah mereka beranggapan bahwa teori gate control masih belum terbukti dan ada juga yang beranggapan bahwa getaran yang dihasilkan oleh alat ini dapat mengurangi respon tactile saat melakukan prosedur anestesi. D_ms

Dari berbagai sumber (tulisan ini bukan iklan, hanya artikel tinjauan semata)

Thursday, November 13, 2008

Dokter Gigi Keluarga, Sebuah Tantangan Masa Depan


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang selama ini berjalan di Indonesia sebagian besar masih berada dalam tataran penanganan aspek kuratif. Pasien yang datang pada layanan kesehatan gigi pada umumnya disebabkan oleh keadaan gigi yang memerlukan adanya sebuah tindakan medik dental seperti tindakan penumpatan/penambalan, pencabutan dan tindakan kuratif lainnya.

Seperti diketahui bahwa seorang dokter gigi dituntut tidak hanya mampu untuk merencanakan sebuah perawatan dari aspek kuratif saja melainkan juga mampu untuk merencanakan sebuah perencanaan terstruktur mulai dari segi preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Bahkan di negara maju aspek yang ditonjolkan dalam hubungannya dengan pelayanan medik dental adalah dari segi preventif, sebab dengan adanya upaya preventif yang baik maka kecenderungan untuk dilakukan upaya kuratif maupun rehabilitatif dapat diminimalisir.

Upaya preventif di sini mencakup upaya promotif tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar jangan sampai harus dilakukan suatu perawatan kuratif atau bahkan rehabilitatif. Upaya preventif yang selama ini dijalankan tampaknya masih dilakukan setengah hati sehingga hasilnyapun belum dapat dikatakan memuaskan, lalu mengapa upaya yang sangat positif tersebut terasa belum membuahkan hasil?

Mari kita lihat pemerintah sebagai pihak yang memiliki otoritas untuk terlaksananya sebuah program, pendekatan yang selama ini dilakukan terkesan seadanya dan belum menyentuh esensi dari program preventif yang sesungguhnya yaitu sebuah usaha terpadu dari pemerintah sebagai pemrakarsa dan doktergigi sebagai pelaksana teknis di lapangan serta masyarakat sebagai komponen yang dapat dikatakan vital dalam usaha menuju budaya preventif dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hal yang paling dapat dilihat adalah bahwa selama ini konsep yang dijalankan masih berada dalam konsep ”Sakit”, artinya bahwa keberadaan seorang dokter gigi cenderung berperan sebagai penjaga gawang dari pasien-pasien dengan berbagai masalah yang timbul di dalam rongga mulutnya. Ternyata hal tersebut sebagian besar diakibatkan oleh ketidaktahuan atau yang lebih mengkhawatirkan adalah kekurangpedulian seorang pasien terhadap kesehatannya sendiri. Tentu dalam hal ini dapat dengan mudah disimpulkan bahwa masyarakatlah yang salah karena ketidakpedulian mereka tentang pentingnya kesehatan rongga mulut. Namun demikian tentu saja seorang doktergigi dan pemerintah juga turut andil dalam terciptanya ”kekurangpedulian” tersebut. Dalam hal ini doktergigi dengan kompetensi yang dimilikinya harus mampu untuk bertindak sebagai seorang perencana yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut masyarakat dan termasuk di dalamnya adalah peran pemerintah yang terkesan seadanya dalam menyelenggarakan program yang sudah terbukti sukses di berbagai negara tersebut.

Dari uraian di atas memang terkesan sangat sulit apabila hanya doktergigi sendiri yang harus berperan menjaga kesehatan gigi dan mulut, di sinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk membuat formula yang tepat tentang bagaimana sebaiknya seorang doktergigi dengan kompetensi yang dimilikinya mampu untuk ikut serta dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

Konsep doktergigi keluarga tampaknya merupakan suatu solusi yang cukup cepat dan tepat dalam upaya terciptanya suatu kondisi kesehatan gigi dan mulut yang baik dalam masyarakat. Konsep doktergigi keluarga adalah suatu konsep yang berdasar pada konsep ”Sehat”, dalam hal ini adalah bagaimana masyarakat nantinya dapat menganut konsep ”Sehat” dan tidak menunggu untuk menjadi sakit sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari layanan kesehatan.

Dokter gigi sebagai dokter gigi keluarga akan menghadapi tantangan untuk mewujudkan budaya sehat di lingkungan masyarakat di mana dirinya bertugas. Dengan dukungan kesadaran dari masyarakat yang terwujud diantaranya dengan partisipasi dalam bentuk semacam ”Iuran Jaminan Kesehatan”, maka seorang dokter gigi akan berupaya untuk ”memelihara” kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam arti yang lebih luas. Maksudnya adalah peran seorang doktergigi tidak lagi hanya terbatas pada bagaimana dia akan menambal, mencabut, atau apapun tindakan yang dilakukan, akan tetapi lambat laun akan beralih pada upaya promotif preventif .

Tidak dapat dipungkiri biaya perawatan kesehatan gigi dan mulut memang relatif mahal jika dibandingkan perawatan kesehatan umum, oleh sebab itu maka harus dimulai suatu sistem penyelenggaraan kesehatan yang memiliki tendensi lebih murah dan tidak terkesan memberatkan. Mari sedikit berandai-andai, jika seorang doktergigi bertugas di suatu daerah dengan populasi sejumlah tertentu, kemudian dilakukan perhitungan dan didapat suatu angka iur sebesar tertentu pula yang dirasakan tidak memberatkan. Seluruh populasi tersebut kemudian diwajibkan mengiur kepada pihak penyelenggara yang ditunjuk pemerintah. Hasil dari iuran masyarakat tersebut adalah sebagai jaminan bahwa dirinya akan mendapatkan pelayanan yang memadai dari doktergigi dengan ”tanpa biaya” karena sebelumnya sudah mengiur kepada pihak penyelenggara.

Dengan sejumlah uang yang dikumpulkan dari masyarakat itu seorang doktergigi dapat merancang sebuah desain penyelenggaraan kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif dan kuratif. Tindakan promotif dan preventif yang dilakukan hendaknya melalui sebuah proses penelitian sederhana pada masyarakat yang notabene adalah ”obyek” kerjanya. Dalam hal ini seorang doktergigi dituntut mampu untuk memahami segala sesuatu mengenai masyarakat di mana dia ditugaskan bahkan hal sekecil apapun yang sekiranya berhubungan dengan sukses tidaknya desain promotif yang kelak akan dilakukan. Perlu dipahami bahwa kepekaan terhadap masyarakat seperti kebiasaan makan, minum, adat istiadat atau apapun yang terlihat sepele akan dengan sendirinya menuntun seorang doktergigi dalam merencanakan desain promotif dan preventif yang sesuai dengan masyarakat tempat dirinya bekerja. D_ms

Pain less injection, Hmm...I want that stuff...



Injeksi anestesi lokal adalah prosedur yang sering digunakan doktergigi terutama ketika hendak melakukan tindakan operasi minor seperti pencabutan gigi. Tindakan yang sebenarnya bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri selama operasi tersebut tidak jarang justru menjadi semacam faktor penyulit bagi doktergigi untuk dapat leluasa menjalankan prosedur operasi yang sebenarnya. Dalam hal ini tentu saja diperlukan suatu manajemen rasa sakit yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat terutama bagi kenyamanan pasien.

Seorang pasien yang datang ke doktergigi karena sakit, berharap agar dirinya tidak “disakiti” lagi, maka berkembanglah berbagai metode untuk mengurangi rasa sakit. Rasa sakit yang timbul ketika injeksi dilakukan terkait dengan tiga aspek berikut ini, yang pertama adalah ketika pertama kali jarum ditusukkan kemudian ketika jarum diarahkan menuju tempat dimana cairan akan dideponirkan dan yang terakhir adalah ketika cairan/obat dideponirkan. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah rasa takut dan kecemasan tentang resiko penyuntikan.

Beberapa cara telah dikembangkan baik dalam hal skill operator maupun yang berkaitan dengan teknologi alat maupun bahan, salah satu cara yang populer adalah penggunaan anestesi topikal, biasanya dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri ketika jarum diinsersikan, metode ini cukup efektif namun waktu yang dibutuhkan untuk menunggu obat bekerja juga akan menambah kecemasan pasien sekaligus menambah waktu kerja suatu tindakan.

Metode yang lain menyangkut kecepatan deponir larutan, larutan yang dideponirkan dengan lambat akan mengalir pasif ke dalam jaringan dengan trauma yang minimal sehingga rasa sakit dapat diminimalkan. Kelemahan metode ini antara lain adalah, kecepatan deponir sangat bervariasi bagi masing-masing doktergigi dan dengan jadwal yang padat maka kadang tidak mungkin menggunakan teknik “slow injection” dengan sempurna untuk sepenuhnya menghindari rasa sakit.

Metode lain yang digunakan adalah menyamarkan rasa sakit, biasanya dengan mengalihkan perhatian pasien pada rasa nyeri ketika jarum disuntikkan, perhatian biasanya dialihkan dengan obrolan ringan yang sekiranya membuat pasien lebih rileks dan tidak terlalu memikirkan bahwa dia akan disuntik.

Beberapa teknologi alat yang dikembangkan juga berdasar pada beberapa hal penyebab nyeri saat injeksi dilakukan. Misalnya sakit yang terjadi saat insersi jarum, diciptakan alat bernama Vibraject®, alat ini bekerja berdasarkan teori gate control. Alat yang lain adalah Comfort Control Syringe (CCS) dan CompuDent, kedua alat ini bekerja dengan metode “Slow Anesthetic Delivery” atau metode deponir yang perlahan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

Tuesday, November 11, 2008

Waduuuhhhh.....gigiku snutz-snutz....


hai ketemu lagi, posting kali ini berisi tentang NGILU bin LINU :). sebenarnya ngilu yang bagaimana si yang harus segera diperiksakan???trus apa harus dicabut???

ngilu sebenarnya adalah respon terhadap adanya rangsang, misalnya panas, dingin atau udara yang lewat, rangsang bisa juga disebabkan oleh perbedaan tekanan, misal pada ketinggian yang berbeda. sudah jadi rahasia umum kalo orang indonesia kebanyakan baru priksa kalo udah sakit banget dan kalo udah begitu biasanya trus minta dicabut. kebetulan blog ini agak beraliran anti mencabut, bukan karena saya takut (sebaliknya malah hehehehe....) tapi ya karena sebenarnya doktergigi bukanlah tukang cabut, tindakan pencabutan hanya dilakukan bila gigi memang sudah benar2 hopeless dan/atau menjadi sumber infeksi yang membahayakan.

Balik lagi ke nyeri, nyeri ada beberapa macam, biasanya nyeri yang bisa bikin ga tidur semaleman, makan ga enak, males pacaran, males mandi, de el el adalah jenis yang mampu membuat orang "bertobat" dan mau pergi ke dokter, tanda-tandanya adalah, nyeri jenis ini bisa muncul spontan tanpa rangsang apapun dan berlangsung cukup lama (beberapa menit sampai beberapa jam) atau apabila disebabkan oleh rangsang tertentu, rasa nyerinya akan menetap lama walaupun rangsang sudah dihilangkan. misalnya habis minum dingin trus ngilu tapi setelah tidak minum rasa ngilu tersebut masih ada bahkan semakin ngilu. Pada tahap ini sudah terjadi infeksi bakteri dan racun2nya ke dalam isi saluran akar gigi (pulpa-red, bc artikel dok, lobang kecil kok atiiiit?) sehingga pulpa yang juga berisi saraf tersebut sedang sekarat mau mati. trus gimana dong kalo dah kaya gini??? apa perlu dicabut? kalo saran saya tanyakan dulu pada dokter apakah bisa dipertahankan.

Kalo dokter bilang bisa dipertahankan, maka akan dilakukan perawatan saluran akar, saluran tadi akan dibersihkan dari bakteri dan diisi dengan bahan pengisi. gigi tersebut bisa langsung ditambal maupun dibuatkan mahkota jaket.

Trus kalo yang cuma snut-snut dikit gimana??? nah kalo yang jenis itu saran saya jangan dipiara, segera pergi ke dokter gigi agar nantinya tidak berkembang menjadi lebih buruk. kalo masih takut, tanya2 dulu boleh kok dan sama sekali ga dilarang, pasien-pasien saya di klinik RSGM dulu juga seperti itu, dan saya sama sekali ga berkeberatan walaupun terancam kehilangan poin pekerjaan hehehhe....yaaah itung-itung latihan sabar dan membantu sesama, kan orang takut itu sangat manusiawi tapi abis dijelasin, mereka mengerti kok dan mau untuk dirawat ,masih ada yang hobi dicabut??? hari gini dicabut??? CAbut deeehhhh....(capek maksudnya-red)

Monday, November 10, 2008

Dicabut..? Nanti dulu...


Dewasa ini dunia kedokteran gigi berkembang sangat pesat, baik dari segi ilmu, teknologi maupun kecenderungan dokter gigi dalam menyediakan jenis layanan kesehatan gigi.
Berawal pada jaman dahulu kala ketika teknologi yang memungkinkan suatu perawatan yang lebih baik masih terbatas, kompak dengan kondisi masyarakat yang masih belum teredukasi dengan baik mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi sekaligus mempertahankannya. pada masa itu tren yang populer adalah gigi yang sakit harus segera dicabut lalu dibuatkan gigi palsu, katanya kalo nggak punya gigi palsu jadi nggak gaul, begitulah yang terjadi, urusan nanti nggak bisa makan dengan enak atau ada gangguan pencernaan menjadi hal yang kesekianratus. Tapiii....
Jaman sudah berubah, demikian juga tren yang berkembang akhir-akhir ini. paradigma yang dulu diusung oleh para "senior" lambat laun mulai memudar. gigi yang sudah "parah" menurut versi pasien sedapat mungkin dipertahankan, hal ini tentunya juga memperhatikan berbagai syarat agar gigi bisa dipertahankan dan memiliki prognosa (kemungkinan kepulihan-red) yang baik di masa datang.

Untuk sahabat semua, saya ingin menyampaikan sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh dosen saya semasa masih kuliah dulu bahwa sebaik-baiknya gigi tiruan masih jauh lebih baik gigi yang dibuat sendiri oleh Tuhan, maka sangat tidak berlebihan jika dari pihak sahabat apabila memang ingin mencabutkan gigi, seyogyanya menanyakan dulu kepada dokter gigi apakah masih bisa dirawat atau memang harus dicabut. dan untuk dokter giginya ya... sebaiknya kalo masih mungkin dan pasien tidak menolak untuk dirawat maka sebaiknya gigi tersebut dirawat dulu, dengan catatan gigi tersebut bisa dirawat.
Inga'...Inga'...(kalo bisa) jangan dicabut..., next posting...keluhan pasien yang biasanya minta cabut........